MODEL-MODEL DALAM PENGELOLAAN KELAS
A.
Pengertian Model dalam pengelolaan kelas
Dalam kamus besar bahasa indonesia
model diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam dan sebagainya) dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan.
Model adalah pola (contoh, acuan,
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K,
1984:75). Definisi lain dari
model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih
sederhana serta mempunyai tingkat presentase yang bersifat menyeluruh, atau
model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada
beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii).
Sedangkan pengelolaan kelas menurut Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan”. Pengelolaan kelas merupakan
usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan
alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses
belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Apabila antara
pendekatan, prinsip, strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaan kelas
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pengelolaan kelas.
Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa model pengelolaan kelas merupakan bentuk pengelolaan
kelas yang tergambar dari awal hingga ahir yang disajikan secara khas oleh
guru, atau bisa dikatakan dengan kata lain bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, prinsip, strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaan
kelas.
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal
yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya
tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, untuk itu diperlukan model pengelolaan kelas yang bervariasi.
B.
Model-Model dalam Pengelolaan Kelas
Terdapat beberapa model dalam pengelolaan
kelas yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model
humanistik, model democratik, model behavioristic dan model konstruktivis.
1.
Model
Humanistic
Aplikasi teori belajar humanistik dalam prakteknya
cenderung mendorong mahasiswa untuk berpikir induktif (dari contoh ke konsep,
dari konkrit ke abstrak, dari khusus ke umum, dan sebagainya). Teori ini
mementingkan faktor pengalaman (keterlibatan aktif) mahasiswa di dalam proses
belajar.
Prinsip-prinsip dasar humanistik
yang penting diantaranya ialah;
a.
Manusia itu mempunyai kemampuan
belajar secara alami.
b.
Belajar yang signifikan terjadi
apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan
maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di
dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
d.
Tugas-tugas belajar yang mengancam
diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari
luar itu semakin kecil.
e.
Apabila ancaman terhadap diri siswa
rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan
terjadilah proses belajar.
f.
Belajar yang bermakna diperoleh
siswa dengan melakukannya.
g.
Belajar diperlancar bilamana siswa
dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawabterhadapprosesbelajaritu.
h.
Belajar inisiatif sendiri yang
melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan
cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam danlestari.
i.
Kepercayaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan
untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain
merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar yang paling berguna secara
sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu
keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam
diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Model humanistic dalam pengelolaan kelas menekankan pada faktor
keunikan dan rasa dignity setiap individu pebelajar. Orientasi pendekatannya
lebih condong ke student-centered. Pada model ini, intervensi pembelajar sangat
dikurangi, bahkan lebih menitikberatkan pada partisipasi aktif pebelajar dalam
proses pembelajaran di kelas, sistem supervise, dan pengembangan internal
individu pebelajar. Model ini dikembangkan oleh Carl Roger.
Menurut Rogers dan Freiberg (1994), tujuan dari model humanistic
dalam pengelolaan kelas adalah perkembangannya self-descipline (disiplin diri)
pebelajar. self-descipline diartikan sebagai pengetahuan dan pemahaman mengenai diri sendiri dan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan diri
sebagai seseorang. Tujuan inilah yang harus di fasilitasi oleh pembelajar
sebagai fasilitator dan bukan manajer kelas. Sebagai fasilitator, pembelajar di
tuntut dapat memberikan fasilitasyang mampu mengakomodir seluruh potensi
berkembang pebelajar, agar pebelajar dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.
Michael Marland (1975) juga mendiskripsikan beberapa strategi yang
dapat dikembangkan dalam pengelolaan kelas model humanistic, yang mencakup:
a.
Mempedulikan
pebelajar (caring for children),
pembelajar harus menunjukkan sikap peduli kepada pebelajar.
b.
Membuat
aturan (setting rules).
c.
Memberikan
penghargaan (giving legtimate praise).
d.
Menggunakan
humor (using humor).
e.
Merancang
dan membentuk lingkungan belajar (shaping the learning environment).
2.
Model
Demokratik
Model demokratik juga sangat menghargai perbedaan dan hak-hak
individual pebelajar,dan bahkan menekankan pada pentingnya kebebasan bersuara.
Model ini, para pebelajar diberikan hak dan kesempatan untuk berpartisipasi
aktif dalam mengambil keputusan mengelola kelas mereka. Pembelajaran yang
diterapkan adalah relatively student-centerd. Pada saat yang sama pula, peran pembelajar
dalam mengelola kelas juga besar. Terkadang para pembelajar diharapkan mampu
menunjukkan alasan yang rasional untuk menerima perilaku pebelajar. Model ini
diperkenalkan oleh Kounin dan Dreikurs.
Kounin (1970) menyatakan
bahwa pembelajar yang sukses dalam mencegah perilkau yang menyimpang dari para
pebelajar adalah lebih penting daripada hanya melakukan tindakan penanganan
terhadap perilaku menyimpang pada saat perilaku tersebut terjadi. Dalam peribahasa
indonesia dikenal dengan “mencegah lebih baik daripada mengobati”.
Ada tiga cara bagi para pembelajar yang dapat digunakan untuk
memprtahankan dan memelihara focus pebelajar dalam proses pembelajaran. Yaitu:
a.
Mengembangkan
cara-cara yang dapat membuat para pebelajar memiliki sikap tanggung jawab,
seperti: pemberian tugas individual, presentasi, produk dan uji kompetensi.
b.
Menggunakan
kelompok, dan
c.
Memformat
kelas atau materi pelajaran yang minim dengan kebosana.
3.
Model
Behaviristik
Behavioristik
merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Teori
behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan
apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah
stimulus dan respons.
Model Behaviristik dalam pengelolaan kelas menekankan pada peran
vital pembelajar dan arahan atau instruksi dari pembelajar. Hal ini didasarkan
Atas keyakinan bahwa perilaku menyimpang merupakan hasil dari kegagalan untuk
mempelajari perilaku yag di inginkan. Model ini menganjurkan adanya atau
diberlakukannya konsekwensi-konsekwensi perilaku dalam usaha meminimilasi
masalah di kelas, disamping menggunakan perilaku- perilaku tersebut untuk
mengoreksi jika perilaku menyimpang tersebut diulang atau terjadi kembali.
Model ini berasal dari teori operant conditioning skinner, dan model assertive
dari canter.
Titik tekan model Behaviristik adalah pada modifikasi perilaku yang
dianggap sebagai aspek korektif. Dengan demikian, jika ada perilaku menyimpang,
maka perlu dilakukan koreksi dengan tujuan untuk meminimilasi atau mengubah
perilaku tersebut.
model Behaviristik dalam pengelolaan kelas dijalankan secara kaku dan
berstandar, jika ada pebelajar melakukan kesalahan seperti: berbicara keras,
atau lari-lari, maka mereka akan bertindak dengan hukuman melalui pengurangan
point-point yang di dapatkan sebelumnya. Dalam model ini, penggunaan reinforcement
(penguatan) juga lebih diberikan, dengan tujuan untuk meminimalisir dan
mengontrol perilaku menyimpang para pebelajar.
4.
Model
Konstruktivis
Teori
belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan
(konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada dalam
diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas.
Kontruktivistik menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam ,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.
Jika
seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya , meskipun usianya tua tetap
tidak akan berkembang pengetahuannya . Suatu pengetahuan diangap benar bila
pengetahuan itu berguna menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang
sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing – masing orang.
Model ini merupakan terjemahan dari konsep Deporter (2000) yaitu
mengorkestrasi lingkungan yang mendukung. Sebagai pancaram dari aliran
konstruktivis, tentunyan model ini lebih berpihak pada pendekatan pembelajaran
student-centered seperti pada model humanistik dan model demokratik.
Senada dengan Dick, Degeng (2000) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasiskan konstruktivisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a.
Pengetahuan
adalah non-objektif, temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
b.
Belajar
adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktivitas kolaboratif,
dan refleksi serta interpretasi.
c.
Mengajar
adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta
menghargai ketidakmenentuan.
d.
Mind
berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek atau prespektif
yang ada dalam dunia nyata sehingga muncul makna yang unik dan individualistik.
e.
Si
pembelajar bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang
dipelajari.
f.
Segala
sesuatu bersifat temporer, berubah, dan tidak menentu.
g.
Ketidakteraturan.
h.
Si
pebelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas.
i.
Kebebasan
merupakan unsur yang sangat esensial.
j.
Kontrol
belajar di pegang oleh si pebelajar.
k.
Tujuan
pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas
kreatif-produktif dalam konteks nyata.
l.
Penyajian
isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan
dari keseluruhan ke bagian (deduktif).
m.
Pembelajaran
lebih banyak di arahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si pebelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful
Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta, Jakarta.
Imam, Azhar. 2013. Pengelolaan
Kelas dari Teori ke praktek. Yogyakarta. Insyira.
Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusWell over 160 000 women and men are utilizing a simple and secret "water hack" to burn 2 lbs every night while they sleep.
It is very easy and it works with everybody.
This is how you can do it yourself:
1) Get a clear glass and fill it with water half the way
2) Proceed to use this proven hack
so you'll become 2 lbs skinnier when you wake up!