Pendekatan dan perwujudan
dalam pengelolaan kelas
A.
Pendekatan dalam pengelolaan kelas
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan
merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan
perencanaan pembelajaran.
Sebagai pekerja
profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan
kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa
pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas
merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya
seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu
pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini
tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap
kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara
kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang
pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu
melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif
pendekatang yang kedua, dan seterusnya.
Cara kerja semacam ini
berbeda sekali dengan pendekatan seorang tukang, juga di kalangan pendidikan,
misalnya yang menggantungkan diri pada resep-resep, misalkan dalam bentuk
aturan umum tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan (daftar
do’s dan don’ts seperti “selalulah bersikap adil”, “suara harus tetap tenang
dikala memarahi murid”, marahilah murid di bawah empat mata” dan yang
semacamnya). Seorang pekerja pendidikan yang menggantungkan diri pada “buku
resep” macam ini akan segera kehilangan akal apabila suatu dalil yang ia
terapkan ternyata tidak memberi hasil sebagaimana diharapkan.
Ada sejumlah konsep
tentang pengelolaan kelas, sebagian diantaranya tidak lagi dianggap memadai,
misalnya pandangan otoriter yang melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai
upaya untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan permisif yang memusatkan
perhatian pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan murid.
Pendekatan pengelolaan
kelas, Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran.
Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi
kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat
kelompok
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Macam-macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas, diantaranya:
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Macam-macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas, diantaranya:
1.
Pendekatan otoriter
Pendekatan ini
memandang pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Didalamnya ada kekuasan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk
peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu
ketertiban di kelas.
Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru yang menganut pendekatan ini
umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang
paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan
mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Contohnya: Seorang guru langsung mengusir
anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan alasan yang diberikan anak didiknya tersebut.
Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.
2.
Pendekatan permisif
Pendekatan ini
menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik
agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki dalam proses belajar mengajar. Peranan guru
adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini
memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam
diri anak didik.
Kelebihan pendekatan ini adalah proses pembelajaran menjadi santai. Siswa merasa
tidak terkekang dan tidak terpaksa dalam belajar. Siswa diberi banyak
kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Kelemahannya adalah pendekatan ini tidak realistis. Pendekatan ini dapat menghasilkan
anak didik yang serba tidak mamatuhi aturan, nilai budaya, dan agama baik
dilingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya: Seorang guru membiarkan anak didiknya makan-makan selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan anggapan bahwa mereka akan lebih konsentrasi lagi
dalam belajar mengajar.
3.
Pendekatan permisif
Pendekatan ini
menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik
agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki dalam proses belajar mengajar. Peranan guru
adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini
memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam
diri anak didik.
Pendekatan ini
menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang
baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku
positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai.
Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap
baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian
dari guru dan sebagainya.
Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik
dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak
tersebut mengulangi perbuatannya itu lagi.
4.
Pendekatan sosio emotional climate
Pendekatan ini
memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosinal
yang positif dalam kelas. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat
dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan
hubungan-hubungan sehat antar pribadi didalam kelas, baik hubungan antara guru
dan siswa maupun sesame siswa.
Pendekatan ini dapat
diandalkan karena dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Dengan adanya rasa kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa,
siswa tersebut akan bersemangat dalam belajarnya. Namun bila guru tidak
pintar-pintar dalam menjaga kebersamaan dengan siswa, bisa jadi guru yang
dimanfaatkan oleh siswa.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah, Adanya kepercayaan guru kepada siswanya. Adanya rasa kebersamaan guru dengan siswanya. Adanya kecintaan dan penghargaan
serta penghormatan guru kepada siswa.
Contohnya: Guru menghargai setiap ada
anak didiknya yang mengemukakan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu kurang
tepat.
5.
Pendekatan group process (kerja kelompok)
Pendekatan group
process adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok
dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang
bergairah. Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan
kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan
kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok
menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru harus menjaga kondisi itu agar
tetap baik.
Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memantapkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif berupa terciptanya
keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab
atas kelompoknya. Namun dalam pendekatan ini ditakutkan adanya tindakan intimidasi
dan sikuat menekan silemah, maksudnya
setiap tugas kelompok hanya dibebankan sebagian orang saja.
Contohnya: Adanya bentuk kerja kelompok disetiap pembelajaran dan setiap ada
permasalahan dari seorang siswa, maka itu dianggap permasalahan kelompok.
6.
Pendekatan electric approach
Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan sesuatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
Menurut Djamarah,
pendekatan elektis adalah guru kelas memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan
pendekatan-pendekatan tersebut.
Pendekatan ini mungkin
lebih efektif karena cukup fleksibel,
dimana guru memilih dan menggabungkan secara bebas berbagai macam pendekatan
sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah: 1) Menguatkan
tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan tingkah laku
peserta didik yang kurang baik. 2) Peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta
didik serta antar peserta didik. 3) Guru ingin kelompoknya melakukan
kegiatan secara produktif.
7.
Pendekatan kompetensi
Pendekatan ini
didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah
itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru
dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang
kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan
pealajaran yang baik.
Kelebihan pendekatan kompetensi ini adalah proses pembelajaran disetting secara baik.
Contohnya: Sebelum masuk kelas, guru benar-benar mempersiapkan diri baik penguasaan
materi maupun mental untuk dapat menghadapi anak didiknya.
8.
Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan
proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas,
dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini
khusus pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang
ini dijabarkan dalam kegiatan belajar
mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan. Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana
siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat
dipakai seabagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di
masyarakat.
Pembelajaran
berdasarkan pedekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal berikut
yaitu:
a) Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
b) Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan
potensi yang dimilikinya.
c) Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktifitas peserta didik .
Suasana kelas harus dikelola dengan baik agar dapat merangsang aktifitas dan
kreatifitas belajar peserta didik.
d) Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar
melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
Kelebihan dari Pendekatan Keterampilan Proses adalah; 1) Setiap
peserta didik memiliki potensi yang berbeda, mereka dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. 2) Guru memberikan kemudahan
belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
Dalam
kegiatan pembelajaran diadakan antara lain diskusi, pengamatan, penelitian,
praktikum, tanya jawab, karyawisata, studi kasus dan lain-lain untuk mendorong
aktifitas dan kreatifitas peserta didik
9.
Pendektan lingkungan
Pendekatan lingkungan
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan
keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik
perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan,
sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi
lingkungannya.
Dalam pendekatan
lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi dan prosedur
disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan
lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi
peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Belajar dengan pendekatan
lingkungan berarti peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara
mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan
rumah maupun dilingkungan sekolah.
Pembelajaran
berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.
Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
b.
Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.
Kelebihan dari Pendekatan Lingkungan adalah: 1) Peserta
didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman apa-apa yang ada dilingkungan
sekitar, baik dilingkungan rumah tangga maupun dilingkungan sekolah. 2) Peserta didik dapat
menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain dilingkungan mereka
yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi.
10. Pendekatan
kontekstual (contextual teaching and
learning / CTL)
Pendekatan kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran
kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang
baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar
lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan
alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pendekatan kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan
menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta
didik dapat mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1) Peserta
didik mampu menghubungkan dan menetapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Peserta
didik dapat merasakan pentingnya balajar.
3) Peserta
didik akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajari.
4) Proses
pembelajaran atau belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran
secara alamiah.
5) Mendorong
peserta didik dapat mempraktekkan secara lansung apa-apa yang dipelajarinya.
6) Mendorong
peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga
memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan
kecanduan belajar
Contohnya: Guru memulai
pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali
dengan bercerita atau tanyajawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan
siswa (daily life).
11.
Pendekatan tematik.
Pendekatan tematik
ialah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah
tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah
hal yang utama melainkan pemaparan,
pembukaan cakrawala. Kemampuan yang
diperoleh oleh anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik
tersebut. Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin
bisa membaca lebih dahulu dari anak lain, dan sebagainya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1) Membentuk
pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam menghadapi berbagai situasi.
2) Menyesuaikan
pembelajaran dengan perbedaan peserta didik.
3) Memperbaiki
dan mengatasi kelemahan- kelemahan yang terdapat pada metode mengajar hafalan.
4) Sangat
menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengebangkan tema pembelajaran,
serta menyeroti dari berbagai aspek
Pendekatan tematik
adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran
dalam mempelajari sesuatu, misalnya:
sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.
B. Perwujudan dalam pengelolaan kelas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan management atau
pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.
Kurikulum.
Setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum
yang mampu memenuhi kebutuhan masarakat yang semakin komplek dalam
perkembangannya. Kurikulum yang digunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya
guna bagi pembentukan pribadi siswa. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai
dengan dinamika masyarakat.
2.
Sarana dan pra sarana.
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah
dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah
sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum
yang dipergunakan demi terciptanya suasana belajar mengajar seperti yang telah
diinginkan.
3.
Guru.
Progam kelas tidak akan berarti bilamana tidak
diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peran guru sangat menentukan karena
kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara murid-murid suatu kelas.
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat
besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan
pekerjaan sehari-hari di kelas atau sekolah dan di masyarakat. Pengetahuan dan
pemahaman tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam
menunaikan profesi sebagai guru dan jaminan mutu
pendidikan. Adapun kompetensi yang di maksud adalah:
- Penguasaan bahan.
- Mengelola progam belajar mengajar.
- Mengelola kelas.
- Penggunaan media atau sumber.
- Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar untuk perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi anak-anak.
- Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk kepentingan proses pendidikan anak-anak.
- Memahami fungsi dan progam layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
4.
Murid.
Murid merupakan potensi kelas yang harus di manfaatkan
guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid sebagai unsur
kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis dan menyenangkan. Setiap murid harus
memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab
terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangannya masing-masing.
5.
Dinamika kelas.
Kelas adalah kelompok sosial yang harus dipergunakan
oleh setiap wali atau guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang
diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yanng dikembangkan melalui
kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Kreativitas dan
inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas di dalam kelas
sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama-sama kelas yang lain atau
oleh seluruh sekolah.
Dinamika kelas sangat dipengaruhi oleh cara wali atau
guru kelas menerapkan adsministrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan
serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas.
6.
Lingkungan sekitar.
Adapun keberhasilan suatu proses belajar mengajar
sedikit banyak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sebab bilamana dalam
proses belajar mengajar tempat atau lingkungan yang digunakan tempat yang kumuh
misalnya secara tidak langsung bagaimana keberhasilan dalam proses belajar
mengajar bisa tercapai. Oleh karena itu, dalam pemilihan tempat untuk proses
belajar mengajar harus benar-benar sesuai dengan lingkungan disekitarnya demi
tercapainya keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perwujudan pengelolaan kelas disini juga akan disebutkan tentang mengapa
pengelolaan kelas tidak mudah teretera atau tidak mudah dijalankan:
1. Berdimensi banyak.
Di kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai
tugas yanng meliputi tugas-tugas akademik dan tugas penunjangnya, yakni
tugas-tugas adsministratif. Tugas edukatif: menyusun persiapan mengajar lengkap
dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi. Tugas
administratif: meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun
jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran dan masih banyak lagi.
2. Serentak.
Berbagai hal dapat terjadi pada waktu yang sama di
kelas yang satupun tidak dapat ditunda. Misalnya selama dilaksanakan diskusi,
guru tidak hanya mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi
juga harus memantau siswa-siswa yang kurang efektif melibatkan diri dalam
kegiatan, dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
3. Segera.
Proses pengajaran yang terjadi di kelas dapat
dikatakan cukup cepat, dengan waktu yang dijadwalakan tersebut guru harus bisa
membaginya sedemikian hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai
oleh siswa.
4. Iklim kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu.
Iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata
merupakan hasil upaya guru. Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim
kelas, dan beberapa diantaranya datang dengan tiba-tiba.
5. Sejarah.
Peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak
yang dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya. Seperti yang dikemukakan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Emmer, Everston dan Anderson (1980),
peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh
pada pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan yang
dilakukan terhadap kelas-kelas yang begitu mudah dikelola tetapi sebaliknya ada
yang sangat sulit. ternyata bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan
kelanjutan dari kelas yang pada waktu di kelas awal ditangani dengan baik lingkungan
belajar yang kondusif
Untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, seluruh komponen-komponen tersebut
diatas perlu dilengkapi. Disamping itu, di dalam buku Quantum Teaching
juga disebutkan bahwa memahami kaitan antara pandangan sekeliling dan otak itu
penting untuk mengorkestrakan lingkungan belajar yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
§
Rohani
Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
§
Abu
Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan
di Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/faktor-yang-mepengaruhi-perwujudan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar