Selasa, 10 Juni 2014

pendekatan dalam pengelolaan kelas dan perwujudan kelas


Pendekatan dan perwujudan dalam pengelolaan kelas
A.    Pendekatan dalam pengelolaan kelas
 Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatang yang kedua, dan seterusnya.
Cara kerja semacam ini berbeda sekali dengan pendekatan seorang tukang, juga di kalangan pendidikan, misalnya yang menggantungkan diri pada resep-resep, misalkan dalam bentuk aturan umum tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan (daftar do’s dan don’ts seperti “selalulah bersikap adil”, “suara harus tetap tenang dikala memarahi murid”, marahilah murid di bawah empat mata” dan yang semacamnya). Seorang pekerja pendidikan yang menggantungkan diri pada “buku resep” macam ini akan segera kehilangan akal apabila suatu dalil yang ia terapkan ternyata tidak memberi hasil sebagaimana diharapkan.
Ada sejumlah konsep tentang pengelolaan kelas, sebagian diantaranya tidak lagi dianggap memadai, misalnya pandangan otoriter yang melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan permisif yang memusatkan perhatian pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan murid.
Pendekatan pengelolaan kelas, Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat kelompok
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Macam-macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas, diantaranya: 
1.      Pendekatan otoriter
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan  adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas.
Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Contohnya:  Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan  alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.
2.      Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki  dalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
Kelebihan pendekatan ini adalah proses pembelajaran menjadi santai. Siswa merasa tidak terkekang dan tidak terpaksa dalam belajar. Siswa diberi banyak kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Kelemahannya adalah pendekatan ini tidak realistis. Pendekatan ini dapat menghasilkan anak didik yang serba tidak mamatuhi aturan, nilai budaya, dan agama baik dilingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya: Seorang guru membiarkan anak didiknya makan-makan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan anggapan bahwa mereka akan lebih konsentrasi lagi dalam belajar mengajar.
3.      Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki  dalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya.
Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut mengulangi perbuatannya itu lagi.
4.      Pendekatan sosio emotional climate
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosinal yang positif dalam kelas. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan-hubungan sehat antar pribadi didalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesame siswa.
Pendekatan ini dapat diandalkan karena dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya rasa kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan bersemangat dalam belajarnya. Namun bila guru tidak pintar-pintar dalam menjaga kebersamaan dengan siswa, bisa jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah, Adanya kepercayaan guru kepada siswanya. Adanya rasa kebersamaan guru dengan siswanya. Adanya kecintaan dan penghargaan serta penghormatan guru kepada siswa.
 Contohnya: Guru menghargai setiap ada anak didiknya yang mengemukakan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu kurang tepat.
5.      Pendekatan group process (kerja kelompok)
Pendekatan group process adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergairah. Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru harus menjaga kondisi itu agar tetap baik.
Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memantapkan dan memelihara organisasi  kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya. Namun dalam pendekatan ini ditakutkan adanya tindakan intimidasi dan  sikuat menekan silemah, maksudnya setiap tugas kelompok hanya dibebankan sebagian orang saja.
Contohnya: Adanya bentuk kerja kelompok disetiap pembelajaran dan setiap ada permasalahan dari seorang siswa, maka itu dianggap permasalahan kelompok.
6.      Pendekatan electric approach
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan sesuatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
Menurut Djamarah, pendekatan elektis adalah guru kelas memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan pendekatan-pendekatan tersebut.
Pendekatan ini mungkin lebih efektif  karena cukup fleksibel, dimana guru memilih dan menggabungkan secara bebas berbagai macam pendekatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
 Kelebihan dari pendekatan ini adalah: 1) Menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik. 2) Peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik serta antar peserta didik. 3)  Guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
7.      Pendekatan kompetensi
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pealajaran yang baik.
Kelebihan pendekatan kompetensi ini adalah proses pembelajaran disetting secara baik.
Contohnya: Sebelum masuk kelas, guru benar-benar mempersiapkan diri baik penguasaan materi maupun mental untuk dapat menghadapi anak didiknya.
8.      Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas, dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini khusus pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan  belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai seabagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Pembelajaran berdasarkan pedekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal berikut yaitu:
a)      Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar  karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
b)      Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
c)      Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktifitas peserta didik . Suasana kelas harus dikelola dengan baik agar dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik.
d)     Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
 Kelebihan dari Pendekatan Keterampilan Proses adalah; 1)   Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda, mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. 2)    Guru memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
Dalam kegiatan pembelajaran diadakan antara lain diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karyawisata, studi kasus dan lain-lain untuk mendorong aktifitas dan kreatifitas peserta didik
9.      Pendektan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.       Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
b.      Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.
 Kelebihan dari Pendekatan Lingkungan adalah: 1)    Peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah tangga maupun dilingkungan sekolah. 2)  Peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain dilingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi.
10.  Pendekatan kontekstual (contextual teaching and  learning / CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
 Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1)      Peserta didik mampu menghubungkan dan menetapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Peserta didik dapat merasakan pentingnya balajar.
3)      Peserta didik akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajari.
4)      Proses pembelajaran atau belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran secara alamiah.
5)      Mendorong peserta didik dapat mempraktekkan secara lansung apa-apa yang dipelajarinya.
6)      Mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar
Contohnya: Guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanyajawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life). 
11.  Pendekatan tematik.
Pendekatan tematik ialah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah hal yang utama  melainkan pemaparan, pembukaan cakrawala.  Kemampuan yang diperoleh oleh anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik tersebut. Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin bisa membaca lebih dahulu dari anak lain, dan sebagainya.
 Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1)      Membentuk pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam menghadapi berbagai situasi.
2)      Menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan peserta didik.
3)      Memperbaiki dan mengatasi kelemahan- kelemahan yang terdapat pada metode mengajar hafalan.
4)      Sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengebangkan tema pembelajaran, serta menyeroti dari berbagai aspek
Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam  mempelajari sesuatu, misalnya: sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.   

B.     Perwujudan dalam pengelolaan kelas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan management atau pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.      Kurikulum.
Setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masarakat yang semakin komplek dalam perkembangannya. Kurikulum yang digunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.
2.      Sarana dan pra sarana.
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan demi terciptanya suasana belajar mengajar seperti yang telah diinginkan.
3.      Guru.
Progam kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peran guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara murid-murid suatu kelas.
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas atau sekolah dan di masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru dan jaminan mutu pendidikan. Adapun kompetensi yang di maksud adalah:
  • Penguasaan bahan.
  • Mengelola progam belajar mengajar.
  • Mengelola kelas.
  • Penggunaan media atau sumber.
  • Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar untuk perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi anak-anak.
  • Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk kepentingan proses pendidikan anak-anak.
  • Memahami fungsi dan progam layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
4.      Murid.
Murid merupakan potensi kelas yang harus di manfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis dan menyenangkan. Setiap murid harus memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
5.      Dinamika kelas.
Kelas adalah kelompok sosial yang harus dipergunakan oleh setiap wali atau guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yanng dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas di dalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama-sama kelas yang lain atau oleh seluruh sekolah.
Dinamika kelas sangat dipengaruhi oleh cara wali atau guru kelas menerapkan adsministrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas.
6.      Lingkungan sekitar.
Adapun keberhasilan suatu proses belajar mengajar sedikit banyak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sebab bilamana dalam proses belajar mengajar tempat atau lingkungan yang digunakan tempat yang kumuh misalnya secara tidak langsung bagaimana keberhasilan dalam proses belajar mengajar bisa tercapai. Oleh karena itu, dalam pemilihan tempat untuk proses belajar mengajar harus benar-benar sesuai dengan lingkungan disekitarnya demi tercapainya keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan pengelolaan kelas disini juga akan disebutkan tentang mengapa pengelolaan kelas tidak mudah teretera atau tidak mudah dijalankan:
1. Berdimensi banyak.
Di kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yanng meliputi tugas-tugas akademik dan tugas penunjangnya, yakni tugas-tugas adsministratif. Tugas edukatif: menyusun persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi. Tugas administratif: meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran dan masih banyak lagi.
2. Serentak.
Berbagai hal dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas yang satupun tidak dapat ditunda. Misalnya selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau siswa-siswa yang kurang efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
3. Segera.
Proses pengajaran yang terjadi di kelas dapat dikatakan cukup cepat, dengan waktu yang dijadwalakan tersebut guru harus bisa membaginya sedemikian hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai oleh siswa.
4. Iklim kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu.
Iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasil upaya guru. Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim kelas, dan beberapa diantaranya datang dengan tiba-tiba.
5. Sejarah.
Peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya. Seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emmer, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-kelas yang begitu mudah dikelola tetapi sebaliknya ada yang sangat sulit. ternyata bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas yang pada waktu di kelas awal ditangani dengan baik lingkungan belajar yang kondusif
 Untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, seluruh komponen-komponen tersebut diatas perlu dilengkapi. Disamping itu, di dalam buku Quantum Teaching juga disebutkan bahwa memahami kaitan antara pandangan sekeliling dan otak itu penting untuk mengorkestrakan lingkungan belajar yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
§      Rohani Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
§      Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/faktor-yang-mepengaruhi-perwujudan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar