A.
Ketrampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus
(most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991). Dengan demikian
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau
kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang
tenaga pengajar, yaitu :
1. Menguasai materi
atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2. Menguasai
metodologi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach)
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar
memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses
menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti
pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai. Turney (1973)
mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, berikut adalah empat
ketrampilan dasar mengajar guru yang akan di bahas dalam portofolio ini,
berikut penjelasannya.
1.
Ketrampilan cara membuka pelajaran
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan guru
pada awal pelajaran untuk menciptakan suasana ‘siap mental’ dan menimbulkan
perhatian siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari.
Keterampilan membuka pelajaran
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan
menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada
hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja
harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat
melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari.
Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui
tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan,
mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui
batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut.
Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan
dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu,
bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan
alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan
sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam
melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap
saran-saran guru.
Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah
dengan :
a. menarik perhatian siswa,
b. memotivasi siswa,
c. memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan atau kompetensi
dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas,
rencana kerja, dan pembagian waktu,
d. mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau
e. menanggapi situasi kelas.
Dalam usaha menarik perhatian dan
memotivasi siswa, guru dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga/surat
kabar/gambar-gambar,dan kemudian guru dapat menceritakan kejadian aktual, atau
guru dapat memberi contoh atau perbandingan yang menarik. Tetapi, hendaknya
diperhatikan semua cara itu harus relevan dengan isi dan indikator kompetensi
hasil belajar yang akan dipelajari siswa.
Dalam usaha mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi yang sudah
dikuasai siswa, guru hendaknya mengadakan apersepsi.
Apersepsi merupakan mata rantai
penghubung antara pengetahuan siap siswa yang telah dimiliki oleh siswa untuk
digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal menjelaskan hal-hal baru
atau materi baru yang akan dipelajari siswa.
Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup
pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran harus memberikan pengantar atau
pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap
mental dan tertarik untuk mengikutinya.
Inti dari kegiatan keterampilan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru
dalam menarik perhatian siswa memotivasi memberi acuan tentang tujuan, pokok
persoalan yang akan dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan
pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru, menganggapi situasi baru.
Wardani (1984) mengemukakan
bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap
memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian
siswa apa yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa
apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Û
Tujuan umum membuka
pelajaran adalah agar proses dan hasil
belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses dapat
dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar siswa,sehingga didapatkan
efisiensi belajar yang maksimal.
Û
Sementara tujuan
khusus membuka pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
a. Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas
pembelajaran yang akan dikerjakan
b. Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
c. Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan
yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
d. Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai
dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
e. Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan
atau konsep-konsep yang trcantum dalam suatu peristiwa
f. Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari
pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam
mengajar (Hasibuan , dkk., 1991: 120)
Û
Komponen-Komponen Keterampilan Membuka
Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada
awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti
pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen
keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik perhatian siswa,
menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen
terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan.
Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang
tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu
(1985) adalah sebagai berikut:
1. Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk
menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a.
Gaya mengajar guru.
Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya
agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas
dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka
pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada
siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada hubungannya dengan
materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di
belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang
meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b.
Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar
seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa.
Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian siswa, dapat pula
menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah
diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c.
Pola interaksi yang bervariasi
Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa,
seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab,
hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat
memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu,
agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola
interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran.
2. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka
pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa.
Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk
menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi
dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk
menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan
motivasi, yaitu:
a.
Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias,
bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan
faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam
mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.
b.
Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan
cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan
membunyikan jari ibu. Satu menit berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian
membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam
belas menit dan seterusnya. Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali
ibu akan membunyikan jari tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik
untuk menimbulkan motivasi siswa.
c.
Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat
melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau
kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah
sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang,
lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai
panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.
Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan
cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa. Untuk
memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat diberikan contoh
sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang ukuran suatu benda.
Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu drum sampai
penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak seratus rupiah.
Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
3.
Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai usaha
mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan
dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran.
Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a.
Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan
tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar
mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran
yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Misalnya, guru
pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang pengumpulan data.
Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data
berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan alat peraga tesebut.
b.
Menyarankan langkah – langkah yang akan
dilakukan
Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu
selama penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari
materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah
kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya, tugas kalian sekarang adalah
membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan volum tabung. Langkah yang
harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir ke dalam
kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal tersebut
sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang kalian
lakukan.
c.
Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan
mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat tentang
sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya. Di samping
hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-hal
yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap. Misalnya guru berkata:
Amatilah macam-macam model bangun datar segitiga ini, jelaskan mengapa ada yang
disebut segitiga samakaki, segitiga samasisi, dan segitiga sembarang, serta ada
yang bukan disebut model bangun datar segitiga.
d. Mengajukan
pertanyaan – pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan
siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya,
sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan pertanyaan
sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut akan dibagi
dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa bagiankah kue yang
diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.
4. Membuat
kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran
yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa
atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal
itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat
kaitan:
a.
Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan
dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru
meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah
dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi
dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya,
sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana
mengalikan bilangan pecahan.
b.
Guru membandingkan atau mempertentangkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan
jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai.
Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan
pembagian bilangan cacah.
c.
Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya
lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan
karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk
menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas,
seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
2.
Ketrampilan cara menutup
pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran
tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara
lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan
mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti
halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus
dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir
setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga
tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi
kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Ø
Komponen-Komponen Keterampilan Menutup
Pelajaran
Menjelang
akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus
melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa
memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah
dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru
dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Meninjau
Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada
akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang
diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a.
Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran
ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai
menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan
secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah
pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan,
dan tentu saja pada saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat
juga diminta untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang
dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau
menyempurnakan rangkuman itu.
b.
Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan
pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut,
dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang
lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat
dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau
kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya,
setelah pelajaran statistika tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai,
siswa diminta membuat ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa
melalui percobaan. Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan
menempelkannya di dinding atau di papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan
kelompok itu ke seluruh kelas untuk memperoleh tanggapan.
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa
sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama
satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian.
Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk
evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mendemonstrasikan
keterampilan.
Pada
akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan
keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru
meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b. Mengaplikasikan
ide baru pada situasi lain
Misalnya,
setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
Guru
dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu
demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah
permainan peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam bahasan
pengenalan mata uang selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat
dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan.
d. Soal –
soal tertulis
Guru
dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis
itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
3. Ketrampilan cara memberi penguatan
Penguatan adalah
respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan
dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan
tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas,
dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan
untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan
negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus
rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa untuk
meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku,
menumbuhkan rasa percaya diri.
Komponen dan
Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan Komponen-komponen itu adalah
: Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan
non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan.
Memberi penguatan atau reincorcement
merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat
mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut di saat yang
lain.
Ø Tujuan penggunaan keterampilan
memberi penguatan
·
Menimbulkan
perhatian peserta didik
·
Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik
·
Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi
·
Merangsang
peserta didik berfikir yang baik
·
Mengembalikan
dan mengubah sikap negatif peserta dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar
Ø Jenis-jenis penguatan
·
Penguatan
Verbal
·
Penguatan
Gestural
·
Penguatan
dengan cara mendekatinya
·
Penguatan
dengan cara sambutan
·
Penguatan
dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
·
Penguatan
berupa tanda atau benda
Ø Prinsip-prinsip penguatan
·
Dilakukan
dengan hangat dan semangat
·
Memberikan
kesan positif kepada peserta didik
·
Berdampak
terhadap perilaku positif
·
Dapat
bersifat pribadi atau kelompok
·
Hindari
penggunaan respon negative
4. Ketrampilan cara bertanya
Bertanya
merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi
pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan
jawaban(respon) dari peserta didik.
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui
dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan
dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa,
atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi
arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup
berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan.
Ø
Tujuan
keterampilan bertanya
·
Memotivasi
peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar
·
Melatih
kemampuan mengutarakan pendapat
·
Merangsang
dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik
·
Melatih
peserta didik berfikir divergen
·
Mencapai
tujuan belajar
Ø
Jenis-jenis
pertanyaan
·
Pertanyaan
langsung, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada salah satu peserta didik
·
Pertanyaan
umum dan terbuka, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh kelas
·
Pertanyaan
retorik, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban
·
Pertanyaan
faktual, yaitu pertanyaan untuk menggali fakta dan informasi
·
Pertanyaaan
yang diarahkan kembali, yaitu pertanyaan yang dikembalikan kepada peserta didik
atas pertanyaan peserta didik lain.
·
Pertanyaan
memimpin (Leading Question) yaitu pertanyaan yang jawabannya tersimpul dalam
pertanyaan itu sendiri
Ø
Prinsip-prinsip
bertanya
·
Pertanyaan
hendaknya mengenai satu masalah saja. Berikan waktu berfikir kepada peserta
didik
·
Pertanyaan hendaknya singkat, jelas dan
disusun dengan kata-kata yang sederhana
·
Pertanyaan
didistribusikan secara merata kepada para peserta didik
·
Pertanyaan
langsung sebaiknya diberikan secara random
·
Pertanyaan
hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik
·
Sebaiknya
hindari pertanyaan retorika atau leading question
Ø
Teknik-teknik
dalam bertanya
·
Tekhnik
menunggu
·
Tekhnik
menguatkan kembali
·
Tekhnik
menuntun dan menggali
·
Tekhnik
mekacak
Ø Tujuan guru mengajukan pertanyaan anatra lain adalah :
1. Menimbulkan rasa keingintahuan
2. Merangsang fungsi berpikir
3. Mengembangkan keterampilan berpikir
4. Memfokuskan perhatian siswa
5. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
6. Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
7. Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan
dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak
harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional
karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan
umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta
didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar