Selasa, 10 Juni 2014

Penataan formasi tempat duduk.


A.    Penataan formasi tempat duduk siswa
 Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa.
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1.      Visibility ( Keleluasaan Pandangan
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3.      Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.      Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
 Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
  • Ukuran bentuk kelas
  • Bentuk serta ukuran bangku dan meja
  • Jumlah siswa dalam kelas
  • Jumlah siswa dalam setiap kelompok
  • Jumlah kelompok dalam kelas
  • Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah :
1. Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi).
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7. Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman
8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
9. Persamaan dan perbedaan dalam minat
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.

 Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode belajar kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun, dll.

B.     Jenis-jenis penataan formasi tempat duduk siswa
 Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
 Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bisa digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainya. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakan dalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
  • Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
  • Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
  • Meja Panjang
  • Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
  • Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
 Silberman menunjukkan penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, model tradisional.
1. Huruf U

Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.

2. Corak Tim

Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis. 

3. Meja Koferensi

Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.

4. Lingkaran

Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.

5. Susunan Chevron


Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.

6. Auditorium

Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.

7. Tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.

 Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
C.    Kelebihan dan kekurangan masing-masing formulasi (stimulasi)
1.       Huruf U
Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat maksimal.
Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak.
2.      Corak Tim
Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik.
Kekurangan : Kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.
3.      Meja Konferensi
Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit karena didiskusikan secara bersama.
Kekurangan : Dapat mengurangi peran penting siswa.
4.       Lingkaran
Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit.
Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka bermain.
5.      Susunan Chevron
Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran
Kekurangan :
6.      Auditorium
Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional)
Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif
7.      Tradisional
Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan.
Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siawa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.

DAFTAR ISI
Azhar, Imam, M.Pd., 2013, Pengelolaan Kelas; Dari Teori Ke Praktek, Yogyakarta: Penerbit Insyira
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
http://educatainment.wordpress.com/2012/05/31/b-pengaturan-bangku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar